Sifat Qiyamuhu bi Nafsih adalah bahwa Allah mampu berdiri sendiri dan tidak bergantung kepada sesuatu yang lain. Sedangkan sifat Hayat adalah bahwa Allah Maha Hidup dan tidak akan pernah mati sampai kapan pun.
Penjelasan ini adalah lanjutan dari pembahasan sifat Mukhalafatu lil Hawadits sebelumnya.
س : كَيۡفَ الۡإِعۡتِقَادُ بِقِيَامِهِ تعالى
بِنَفۡسِهِ ؟
ج : هُوَ أَنۡ نَعۡتَقِدَ
أَنَّ اللهَ سبحانه وتعالى لَا يَـحۡتَاجُ إِلَى شَيۡءٍ مِنَ الۡأَشۡيَاءِ : فَلَا
يَـحۡتَاجُ إِلَى مَكَانٍ وَلَا إِلَى مَحَلٍّ وَلَا إِلَى شَيۡءٍ مِنَ الۡمَخۡلُوۡقَاتِ
أَصۡلًا. فَهُوَ الۡغَنِيُّ عَنۡ كُلِّ شَيۡءٍ وَكُلُّ شَيۡءٍ مُحۡتَاجٌ إِلَيۡهِ
سبحانه وتعالى.
Pertanyaan : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersifat Qiyamuhu bi Nafsih (berdiri sendiri)?
Jawaban : Yaitu dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala tidak membutuhkan segala sesuatu. Allah tidak butuh tempat, persemayaman dan juga tidak butuh apa pun kepada makhluk sama sekali. Allah Maha Kaya dari segala sesuatu, dan segala sesuatu pasti membutuhkan Allah.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَمَن
جٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجٰهِدُ لِنَفۡسِهِۦٓۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الۡعٰلَمِينَ ٦
“Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Al-‘Ankabut [29]: 6).
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ
أَنتُمُ الۡفُقَرَآءُ إِلَى اللَّهِۖ وَاللَّهُ هُوَ الۡغَنِيُّ الۡحَمِيدُ ١٥
“Hai manusia, kamulah yang fakir (membutuhkan) Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Fathir [35]: 15).
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah Maha Kaya dan kekayaan Allah meliputi langit dan bumi dan seluruh alam semesta. Dengan demikian Allah tidak membutuhkan dan tidak memiliki ketergantungan kepada sesuatu yang lain. Namun sebaliknya, manusia sebagai salah satu makhluk Allah di bumi ini justru sangat membutuhkan dan bergantung kepada Allah. Tidak peduli mukmin atau kafir, seluruh umat manusia hidup dengan nikmat yang diberikan oleh Allah.
س : كَيۡفَ الۡإِعۡتِقَادُ بِحَيَاةِ اللهِ
سبحانه وتعالى ؟
ج : هُوَ أَنۡ نَعۡتَقِدَ
أَنَّ اللهَ تعالى حَيٌّ وَأَنَّ حَيَاتَهُ سبحانه لَيۡسَتۡ كَحَيَاتِنَا :
فَإِنَّ حَيَاتَنَا بِوَسَائِطَ كَجَرَيَانِ الدَّمِ وَالنَّفَسِ وَحَيَاتُ اللهِ
سبحانه لَيۡسَتۡ بِوَاسِطَةِ شَيۡءٍ، وَهِيَ قَدِيۡـمَةٌ بَاقِيَةٌ لَا يَلۡحَقُهَا
الۡعَدَمُ وَالتَّغَيُّرُ أَصۡلًا.
Pertanyaan : Bagaimana cara meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersifat Hayat?
Jawaban : Yaitu dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Hidup. Allah hidup tidak seperti kita, karena kehidupan kita harus didukung oleh banyak sarana seperti mengalirnya darah dan butuh bernafas. Sedangkan kehidupan Allah tanpa melalui dan membutuhkan sarana apa pun. Sifat Hayat Allah bersifat qadim (dahulu) dan baqa (kekal), tidak akan pernah musnah dan tidak akan mengalami perubahan.
Allah berfirman:
وَتَوَكَّلۡ
عَلَى ٱلۡحَيِّ ٱلَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحۡ بِحَمۡدِهِۦۚ وَكَفَىٰ بِهِۦ
بِذُنُوبِ عِبَادِهِۦ خَبِيرًا ٥٨
“Dan bertawakallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Furqan [25]: 58).
ٱللَّهُ
لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ ... ٢٥٥
“Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)...” (QS. Al-Baqarah [2]: 255).
Allah adalah Dzat yang Maha Hidup dan akan terus hidup tanpa batas waktu. Berbeda dengan kehidupan makhluk yang akan menemui ajal (kematian) dan kehancurannya. Kehidupan Allah sudah ada bahkan sebelum diciptakannya alam semesta ini dan sebelum ada satu pun makhluk hidup.
Sifat hidup yang dimiliki oleh Allah juga berbeda dengan kehidupan makhluk, terutama manusia, silakan baca QS. Al-Baqarah [2] ayat 255 di atas secara lengkap.
0 Komentar